Senin, Oktober 29

Jilbab, Busana Wanita Muslimah

Jilbab, Busana Wanita Muslimah
Oleh: Besse Hermawati

Fungsi dan kegunaan busana bagi manusia, secara eksplisit dinyatakan dalam Al -Qur’an surat al-A’raf ayat 26, yaitu untuk menutup aurat dan untuk keindahan.Didalam tafsir al-Asaasu fit-tafsir, Said Hawwa mengemukakan pendapat sayid Qutub yang menyatakan bahwa ketakwaan itu menutupi aurat hati, lalu memperindahnya, sedangkan busana itu menutupi aurat jasmani, lalu memperindahnya pula.Keduanya berkaitan erat dan saling melengkapi. Jika seseorang telah bertakwa kepada Allah SWT, maka akan memiliki rasa malu untuk membuka aurat jasmaninya. Sebaliknya, orang yang tidak bertakwa sama sekali tidak merasa malu dan risih dalam memperlihatkan jasmaninya itu. Sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari iman.
Adapun kata-kata “jilbab” dan yang semakna dengannya, yaitu “khumur” atau “khimar” secara tegas dinyatakan pula didalam Al-Qur’an surat an-Nur ayat 31. Didalam tafsir Shafwatut Tafaasir dikemukakan bahwa surat al-Ahzab: 59 diturunkan sebagai perintah kepada istri-istri Rasulullah saw, putri-putrinya, dan seluruh wanita mukmin untuk menutup auratnya dengan jilbab, agar mereka berbeda dengan wanita-wanita jahiliah yang selalu membuka dada dan penutup kepala, membuka betis dan memakai busana ketat yang membentuk tubuh.
Ada dua hal pokok yang dapat diambil dari asbaabun-nuzul kedua ayat ini. Pertama, jilbab dan menutup aurat itu bukanlah tradisi busana para wanita arab sebelum islam, akan tetapi busana muslimah. Wanita arab, sebelum turun kedua ayat ini jelas tidak memakai jilbab dalam busananya dan tidak pernah menutup aurat secara sempurna. Kedua, perintah dalam kedua ayat itu tidak hanya ditujukan kepada istri-istri Rasulullah saw. Dan wanita mukmin tempo dulu saja, akan tetapi untuk seluruh wanita mukmin diseluruh dunia,sekarang maupun nanti,termasuk Tentunya wanita muslimah di Indonesia. Hal ini bisa dipahami oleh karena perintah Allah didalam Al-Qur’an itu bersifat universal,mutlak,dan benar,berlaku sejak diturunkan hingga sekarang dan masa yang akan datang.

A.Batasan Aurat dan Mode Jilbab
Surat an-Nur ayat 31 menunjukan bahwa seluruh tubuh wanita itu adalah aurat, kecuali yang biasa tampak adalah wajah dan telapak tangan wanita tidaklah termasuk kedalam aurat. Disamping jilbab itu harus menutup aurat,beberapa hadist nabi menjelaskan bahwa jilbab itu jangan terlalu ketat sehingga membentuk lekuk-lekuk tubuh secara nyata {HR Imam muslim dari Abi Hurairah}.
Adapun mode jilbab, manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan secara kreatif, selama memenuhi persyaratan tersebut diatas, disesuaikan dengan keadaan daerah dan pekerjaan yang dihadapi oleh pemakai sehingga dimungkinkan untuk bekerja kantor, untuk dokter,untuk mengajar, untuk sekolah, dan lain sebagainya.
Mengenai kasus-kasus siswi-siswi SLTA yang berjilbab, yang akhir-akhir ini menguak ke permukaan, seharusnya kita bersyukur, dengan adanya keinginan mereka memakai jilbab{kerudung} pada waktu sekolah, disaat kita sedang mengkhawatirkan keadaan sulitnya membendung arus budaya yang merangsang nafsu dan merusak akhlak masyarakat dan bangsa, terutama generasi mudanya, seperti kebebasan pergaulan,perzinahan,minuman keras,ganja,narkotika,film-film,dan buku bacaan porno,sadisme,dan lain sebagainya. Mereka,Insya Allah, memakai jilbab semata-mata karena dorongan agama, bukan karena mode ataupun ikut-ikutan sehungga hal ini akan mendorong mereka bertingkah laku sesuai dengan busana yang dipakainya. Memakai jilbab,disamping perintah agama yang hukumnya wajib,

B.Memasyarakatkan Jilbab
Orang yang beriman akan meyakini betul bahwa tidak ada satupun peraturan Allah SWT kecuali untuk kebaikan manusia. Allah SWT Mahatahu mana yang bermanfaat dan mana yang mudarat bagi hamba-Nya. Termasuk syariat memakai jilbab bagi wanita. Mungkin secara lahiriah akan terasa memberatkan,namun sesungguhnya didalamnya terdapat unsur yang sangat menyenangkan dan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari beberapa faktor.

Pertama: syariat Islam tentang jilbab menunjukan suatu perhatian yang besar terhadap kehormatan kaum wanita. Seperti yang dimaklumi oleh kita bahwa sebelum islam datang,nasib wanita diseluruh dunia amat menyedihkan. Pada bangsa romawi sebelum islam,wanita sejajar dengan najis dan binatang. Wanita adalah benda bernafas yang dilarang berbicara dan tertawa. Bangsa arab jahiliah tidak segan-segan mengubur bayi wanita hidup-hidup. Kehadiran anak perempuan di sisinya adalah aib,memalukan,dan beban yang memberatkan serta menghinakan,sebagaimana dilukiskan Allah SWT di dalam surt an-Nahl ayat 58 dan 59.
Dalam kondisi seperti itu islam datang dengan membawa program-program kemanusiaan,termasuk mengangkat derajat kaum wanita. Wanita dan pria berasal dari kejadian yang sama dan mereka pun mempunyai balasan yang sama pula dari Allah SWT {an-Nahl:97}. Islam memberi hak-hak istimewa kepada wanita sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Selanjutnya,Islam pun mengetahui secara tepat kondisi fisik dan psikis dari kaum wanita yang lembut itu.
Untuk itu,Islam menganjurkan agar kaum wanita dilindungi dan wanita sendiri pun merasa melindungi dirinya.Sayed Amer Ali dalam bukunya Api Islam menyatakan bahwa petunjuk Allah dan Rasul-Nya tentang jilbab dianggap sebagai suatu usaha untuk mencoba mengatur dan menanamkan kesopanan kepada kaum wanita dan menjaga dirinya dari hinaan.Ia pun menyatakan,tidak benar pendapat yang menuduh bahwa dengan syariat jilbab, Islam bermaksud mengabdikan kebiasaan mengurung wanita dizaman jahiliah. Orang-orang yang berjilbab tetap secara bebas dan merdeka dapat melakukan aktivitasnya di berbagai bidang kehidupan,selama dibenarkan syara’ tanpa dirinya ternodai.

Kedua: melalui jilbab,Islam ingin menegakkan akhlak mulia,melalui sistem dan cara yang preventif dalam mencegah timbulnya akhlak dan moral yang rusak. Pada akhirnya,iman pulalah yang mampu merealisasikan syariat islam ditngah-tengah kehidupan, betapapun terasa sulit dan memberatkannya. Memasyarakatkan jilbab, artinya mengajak wanita mukmin untuk memiliki iman yang baik,menjaga kehormatan dirinya. Insya Allah.
BAGAIMANA MENJAGA BANGUNAN DAKWAH?...
Oleh : Fatonah

Bermula dari fenomena kehancuran bangunan gerakan dan orgnisasi di berbagai wilayah dan negeri, maka sebuah gerakan islam harus segera mengadakan studi kritis dan mendalam dan rangka menjaga wilayah-wilayah islam secara umum serta bangunan lembaga gerakan {tandzim} secara khusus.
Sekarang, apa sesungguhnya faktor-faktor syariat yang dibutuhkan oleh bangunan dakwah Islam untuk menghadapi penyakit gerakan dakwah ini, yang hendak melumpuhkan imunitas hingga menyhancurkannya sama sekali?

Tegakkan bangunan di atas landasan Taqwa kepada Allah
Menegakkan bangunan atas dasar takwa kepada Allah SWT, Pada seluruh elemennya adalah suatu keharusan. Takwa harus menjadi landasan amal islami seluruhnya. Ia menjadi perlindungan keamanan baginya. Selain aktivitas tarbawiy {pendidikan}, maka aktivitas siyasiy {politik} pun mesti dibangun dengan landasan takwa. Sebagaiman halnya bidang istihadiy {ekonomi}, ijtima’i {sosial kemasyarakatan, maupun maliy {hartabenda} wajib ditegakkan tanpa mengandung sedikitpun nilai syubhat.
Allah Swt berfirman:
Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunan diatas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya ditepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia kedalam Neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzolim. {at-Taubah:109}
Sebuah gerakan dakwah, jika mampu menjaga nilai-nilai ajaran Allah dan takwa kepada-Nya, bisa mengatur langkahnya, menentukan sikapnya, dan mengambil keputusan yang terbaik, baik untuk target jangka pendek maupun jangka panjang, baik terhadap musuh maupun kawan, ia akan menjadi gerakan yang terhormat.

Kukuhkan ukhuwah karena Allah
Ukhuwah {persaudaraan} karena Allah adalah buhul Iman yang paling kukuh, elemen bangunan yang paling kuat dan faktor yang menjadikan gerakan islam laksana bangunan tegar yang bagian-bagiannya saling melengkapi. Sejauh kakuatan ukhuwahdalam sebuah gerakan, maka sejauh itulah kerapatan barisannya. Ketika ukhuwah mengalami krisis dan lemah, maka gerakan dakwah hanya menjadi ajang bagi segala kesulitan, penyakit, dan perpecahan.
Allah Swt berfirman:
Berpegang teguhlah kamu semua dengan tali {agama} Allah dan janganlah bercerai-berai. {al_Imron:103}
Nabi Saw manggambarkan kukuhnya kasih sayang karena Allah dengan sabdanya:
Seorang mukmin bagi mukmin yang lain laksana bangunan yang saling mangukuhkan antara sesamanya. {H.R Bukhari} Bangunlah fondasi saling wasiat dalam kebenaran
Fondasi yang isinya tawashau bilhaq wa tawashau bishabr, saling bewasiat dalam kebenaran dan kesabaran, menasehati karena Allah, dan beramar ma’ruf nahi mungkar. Setiap bangunan yang tidak dilandasi oleh nilai tesebut, maka ia menjadi bangunan rapuh yang tidak bisa bertahan lama. Dari sana bakal muncul bisikan nafsu, kepentingan pribadi, dan berbagai penyakit lainnya.
Perlu rasanya diperinci beberapa patokan yang wajib diperhatikan berkaitan dengan praktek saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran, antara individu dan pemimpinnya
Kebenaran berada diatas segala-galanya dan semua orang sarus tunduk di hadapannya, baik anggota maupun pemimpin
Semua orang sejajar di hadapan kebenaran, baik anggota maupun pemimpin, bawahan maupun atasan
Pemimpin berhaq melakkuan ijtihad tentang sesuatu yang tidak ada teks dalil syari’atnya
Para individu anggota hendaknya saling menasehati sesamanya, demikian pula para pamimpin
Penegakan amar ma’ruf nahi mungkar dalam syari’at Islam hanya ditujukan terhadap sebuah kemungkaran yang tidak diperselisihkan dan tidak boleh ditegakkan terhadap masalah ijtihadiyah
Dalam menegakkan tradisi nasihat-menasihati dan amar ma’ruf nahi mungkar hendaknya diperhatikan syariat-syariat syar’i
Tidak mengenal kemungkaran yang tidak mengenal syar’i

Tegakkan tradisi syura {musyawarah}
Prinsip syura harus ditegakkan. Jauhkan kediktatoran dan egoisme. Inilah prisip yang Allah Swt tanamkan kepada Nabi-Nya Saw Dengan firman-Nya:
Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah {al-Imron:159}
Musyawarah ini, baik dilakukan untuk menetapkan putusan yang mengikat maupun pemberitahuan., merupakan benteng perlindungan bagi umat. Ialah jalan yang bisa menunjukkan pemecahan problem dan penguraian benang kusut setiap masalah.

Menjalin hubungan dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang
Lembaga gerakan dakwah harus tagak diatas landasan kasih saying, rasa cinta, dan rasa senasib sepenanggungan yanpa mangabaikan mekanisme organisasi. Namun demikian, ia juga tidak boleh menjadikan organisasi sebagai dasar hubungan antara anggota dan pemimpin dengan anak buah.
Sejauhmana tingkat kemesraan hubungan antara anggota dengan pemimpin, sejauh itulah tingkat kekuatan dan ketahanan bangunan gerakan dalam menghadapi berbagai unsure penghancur, betapa pun banyak dan beragamnya. Dari sinilah Al-Qur’aunul Karim melukiskan hubungan antara Nabi dengan para sahabatnya, sebagai mana ayat-Nya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu berlaku keras serta berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. {al-Imron:159}
Tegakkan landasan sukarela dalam bekerja
Hendaklah amal yang ditegakkan itu berdasarkan prinsip sukarela dalam bekerja dan berjihad, bukan prinsip kemanfaatan pribadi dan mencari rizki. Gerakan Islam sepanjang sejarahnya yang panjang merupakan medan perlombaan dalam mempersembahkan potensi dan pengorbanan disegala bidang, tidak sekalipun pernah menjadi ajang berebut pamrih dan manfaat materi. Inilah sesungguhnya inti pembebanan syari’at secara prinsip, yang terlihat jelas dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Merekalah orang-orang yang benar. {al-Hujurat:15}

Sungguh-sungguh dalam menjaga nilai-nilai syari’at dan dakwah
Setiap amal harus ditegakkan di atas nilai-nilai akidah dan pemikiran yng benar. Ini harus ditopang oleh prinsi-prinsip politik dan gerakan yang berdasarkan syari’at. Ia tidak boleh goncang hanya karena perubahan situasi kondisi.
Betapa banyak gerakan dakwah yang secara bertahap menerima tawaran dukungan pihak lain yang selanjutnya menjadikannya memiliki rasa ketergantungan. Sementara ia tidak merasa bgahwa dukungan tadi secara berngsur-angsur bakal merontokkan bangunan secara keseluruhan beserta nilai-nilanya sekaligus.

Stategi dan organisasi
Seluruh aktivitas hendaknya ditegakkan diatas perencanaan {takhthit}dan manajemen {tanzhim}denagn melibatkn seluruh anggot dalam memikul tanggung jawab, dan menempatkan personel sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, ciptakan interaksi yang memuat pujian dan sanksi untuk memberi dorongan dan penghormatan kepada siapa saja yang berprestasi baik dalam melakukan tugas, dan memberi sanksi kepada siapa saja yang keliru dengan hukuman yang sekiranya menjadikan lebih baik dan sadar.
Gerakan Islam hendaknya juga pandai-pandai memanfaatkan setip produk teknologi masa kini, terutam ilmu-ilmu jurnalistik dengan seluruh sarananya, bagaiman manyusun strategi penulisan, penatan administrasi, menu rubric. Pengolahan data dan informasi, dokumentasi, dan lain-lain.

Perhatikan kelengkapan dan keseimbangn
Amal islami ditegakkan di atas prinsip saling melengkapi dan seimbang. Tidak ada bagian aspek yang mendominasi aspek lainnya, atau tumpang tindihnya satu bagian dengan yang lainnya, ini akan mengakibatkan tubuh gerakan berjalan limbung atau tidak seimbang. Gerakan Islam memiliki tujuan-tujuan pokok, yang menjadikan menuntut perhatian lebih serius dari pada aktifitas yang lain, yaitu perhatian mewujudkan keseimbangan dlam setiap bidang garapnya. Aktifitas pendidikan wajib memperoleh perhatian istimewa. Aktifitas politik wajib dikonsentrasikan pada proyek Islam untuk merealisir tujuan Islam yang jelas dan terprogram. Aktifitas sosial wajib ditegakkan dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan.

Sabtu, Oktober 27

testing tulisan: cerpen

KARENA KAMU SPESIAL
Oleh : Destyka Putri

“What! Pake baju putih?!” Intan terbelalak
“Iya, buat acara baksos nanti kita pake baju putih.”
“Kenapa harus putih sih? Aku nggak suka!”
Selama ini Intan memang tidak suka dengan baju berwarna putih. Intan selalu merasa tidak nyaman untuk mengenakannya. Bahkan saking tidak sukanya Intan kepingin cepat-cepat melewati hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis yang memang identik dengan warna putih-abu. Kulitnya yang hitam membuat Intan benci memakai pakaian berwarna putih. Karena pakaian putih pula, Intan diledek dengan panggilan si Tv hitam putih—alias si black and white. Yang kata sebagian teman-teman yang usil Intan tidak pantas dengan warna itu.
“Kalian itu egois ya, kalian Cuma mikirin diri sendiri! La, kenapa sih nggak interupsi aja waktu rapat, pilih warna lain. Kamukan sahabat aku, kamu tahu aku nggak suka warna itu.”
“Ya ampun Tan, kenapa sih Cuma karena masalah baju aja didebatin?” Lila mencoba santai
“karena Aku nggak suka putih!”
“Kenapa, kan di pakainya juga Cuma sehari.”
“kamu nggak ngerti, aku nggak suka putih karena aku hitam!” muka Intan masam
“La, justru karena satu hari itu bisa-bisa aku jadi pusat tertawaan.”
Intan menarik nafas panjang,
“Intan! Separanoid itukah kamu terhadap warna putih dan senegatif itukah citramu terhadap dirimu?”
Perdebatan itu terus berlangsung. Sampai keduanya benar-benar lelah dan memutuskan menyudahinya sejenak dengan minum jus jeruk di kantin sekolah.

***
Ruang OSIS sudah terlihat penuh. Panitia Baksos korban banjir sudah berkumpul hampir seluruhnya. Mata Lila berkelana, mencari sosok sahabatnya.
“Oke, rapat kita mulai.” Ketua pelaksana mengomandoi. Sekretaris menyiapkan absensi untuk diedarkan.
Rapat sudah berlangsung setengah jalan
“Maaf saya Cuma mau memastikan, apa baju yang kita pakai sudah pasti warna putih?” Lila berusaha menyuarakan kegundahan sahabatnya itu.
“Yap! Pasti banget, karena putih itu mencerminkan ketulusan.” Ujar seorang ketua pelaksana
“Tapikan ketulusan nggak harus pake baju putih, asalkan hati kita yang tulus nggak pake baju putih juga bakalan tercermin kok ketulusannya.”
“Lila, masalah bajukan udah kita sepakati bareng-bareng kemarin.” Timpal sang sekretaris
“Oke, semua beres, kita tinggal siap-siap aja buat hari H-nya.”
Rapat pun ditutup
Seusai rapat Lila bermaksud berkunjung ke rumah Intan sekaligus belajar bareng. Hari itu sebenarnya mereka sudah janji untuk pulang bersama.
Di rumah, Intan masih memikirkan masalah siputih
“Bu, kenapa sih aku item? Kenapa juga aku dinamakan Intan itu nggak sesuai dengan dengan keadaan aku.” Tanya intan pada Ibunya yang tengah duduk santai bersamanya.
“Kok, tiba-tiba Intan nanya gitu?” Sang Ibu balik tanya
“Bu, Intan merasa nggak PD.” Nadanya parau
Ibu membelai kepala Intan
“Karena kamu itu spesaial.”
“spesial? Aaah Ibu, jawabannya nggak memuaskan! Blug…” Intan membanting banatal yang semuala Ia peluk.
“Assalamu’alaikum, siang Tante.”
“Walaikum salam, siang Lila… Ayo masuk.”
Lila menyalami tangan Ibu Intan dengan penuh takzim
“Lila, masuk saja langsung ke kamar Intan.”
“Ya Tante.” Lila langsung menuju kamar Intan
Intan tengah asyik membaca sebuah majalah remaja. Sesekali mulutnya ditarik ke kanan dan ke kiri. Cemberut.
“Iiih, sebel deh! Diskriminasi banget sih…” Intan berbicara sendiri.
Tok Tok Tok…
“Ada apa Bu? Maaf Intan lagi nggak mau diganggu, Intan mau belajar.” Intan beralasan
Tok Tok Tok…
“Iya-iya Bu Intan buka pintu, tapi Ibu janji jawab ya pertanyaan Intan tadi, kenapa Intan item? Kenapa juga Intan dikasih nama Intan yang nggak sesuai itu? Janji? Bu… Ibu…Iiih! Kok Ibu diem aja.” Muka Intan ditekuk Intan beranjak berjalan membuka pintu.
Klek…
“Eh, hehe Lila kirain Ibu.” Intan nyengir kuda
Lila pun masuk lalu duduk di ranjang Intan
“Oh…lagi belajar, belajar kok baca majalah. Coba Aku lihat…” Lila membuka majalah itu.
“Hah! Ya ampun kenapa gambar modelnya kamu itemin semua Tan?” Lila melotot
“Ya abisnya semua ngiklanin kosmetik pemutih, modelnya putih-putih. Nggak ada satupun iklan yang ngiklanin kulit putih yang pengena jadi item."
“Yaampun Tan tapikan nggak mesti seantipati itu!”
“Aku Cuma mau lihat, gimana kalau kulit para model itu item kaya aku, pasti mereka juga nggak akan jadi model.”

***
Suasana kelas 2 IPS 2 tengah serius mendengarkan Pak Sudrajat membahas masalah politik apartheid—penghapusan diskriminasi terhadap orang berkulit hitam
“Jadi, akibat adanya diskriminasi ras ini orang-orang berkulit hitam sangat dimarginalkan, keberadaan mereka dalam status sosial jauh di bawah orang-orang berkulit putih.” Pak Ajat—panggilan akrabnya sesekali membenahi kacamata yang miring.
Tuhkan emang kaum item itu selalu dimarginalkan , sebel! Gumam Intan dalam hati
“Tapi anak-anak, setelah Nelson Mandela menghapuskan politik apartheid terbukti orang-orang berkulit hitam memiliki kemampuan yang sama dengan orang-orang berkulit putih.” Pak Ajat meneruskan
Boong banget! Apanya yang dihapuskan, buktinya masih banyak penjajahan secara yang nggak langsung terhadap kaum berkulit hitam. Intan menggerutu dalam hati
Intan terlihat tidak bersemangat mengikuti pelajaran sejarah kali ini . tiba-tiba saja…
“Pak, kayaknya penghapusan itu belum secara menyeluruh disadari deh Pak, buktinya iklan-iklan di TV masih menyudutkan orang-orang berkulit hitam, seolah-olah hitam itu buruk, hitam itu tidak menarik, atau kasarnya hitam itu aib.” Intan terlihat berhati-hati berbicara walau dalam hatinya berapi-api.
Eh… Suuuut, pssst…dari sudut pojok ada anak-anak yang iseng membicarakan. Salah satu teman pria yang terbilang usil berkomentar.
“Eh, kayaknya si Intan kesinggung tuh… hihihi” mereka berbisik.
Pak Ajat berusaha menjawab.
“Itu kaitannya dengan pemilik modal. Segala sesuatu yang sudah masuk TV yang terpenting uang, masalah-masalah lainnya pasti di nomor duakan.” Ujar Pak Ajat
Yeah…intinya belum terhapuskan kan Pak?! Ujar Intan dalam hati. Intan merasa kurang puas dengan jawaban Pak Ajat.
Teeet…Teeet…bel istirahat berbunyi.
“Kantin Yuk…” ajak Lila, Intan tak mengiyakan namun tak juga menolak.
Tiba-tiba Intan menjadi sangat murung
“La, kamu nggak malu berteman sama Aku? Aku item, kamu putih, cantik lagi.” Sambil menyeruput jus Intan bertanya
“Memangnya ada undang-undang yang melarang orang berkulit putih nggak boleh main dan bersahabat dengan orang berkulit hitam?” mata Lila melirik ke arah Intan.
“Iya nggak sih, Cuma kadang aku ngerasa nggak nyaman dengan kulitku yang item ini La, aku merasa orang-orang mencibir aku.”
“Itukan menurutmu nyatanya nggak kan!” jawab Lila santai
Sesaat suasana menjadi serius. Intan mematung. Ia merasa tertekan dengan sikapnya sendiri.
“Tan, kenapa sih kamu harus pusing-pusing mikirin kulit. Hitamkan juga ciptaan Tuhan. Kamu pasti Punya kelebihan Tan.”
“Kelebihan, kelebihan apa? Aku si hitam yang nggak manis, buruk rupa, dan nggak punya daya tarik.”
Rupanya Intan masih menganggap dirinya orang yang paling menderita, terhina, tertindas, dan terluka se dunia. Lila berinisiatif memecahkan masalah ini. Intan semakin berlebihan menyikapi kulitnya yang hitam.
“Aku nggak minta dilahirkan berkulit putih dan aku juga tidak pernah berpikir untuk membeda-bedakan teman.”
Lila memegang erat tangana Intan
“Aku akan jawab pertanyaan yang kamu ajukan untuk Ibu.”
“Ka…kamu La!” intan tergagap-gagap
“Pertama, kenapa kulit kamu hitam? Hitam adalah kulit dan kamu punya kulit berwarna hitam. Putih adalah kulit dan aku memiliki kulit berwarna putih. Intinya?” Lila bertanya
Intan memicingkan matanya. Mulutnya mengigit ujung sedotan
“Intinya kita punya kulit.” Intan menjawab simpel
“Nah pinter! Oke yang ini beres ya, sepakat? Oke sepakat.” Lila melanjutkan pertanyaan berikutnya
“Kulit hitam atau kulit putih adalah sama tetap kulit dan itu hak prerogative Tuhan Tuhan yang menciptakan, betulkan? Nah… jadi intinya?” Lila bertanya lagi
“Intinya, kita harus bersyukur punya kulit, dari pada nggak iiih… serem!”
“Nah sip, pintar!” Lila mengacungkan kedua jempolnya.
Intan tak lagi berwajah suram. Air mukanya tidak lagi kusut, kemayu dan tidak ada lagi ekspresi-ekspresi kesedihan.
“masalah nama, kenapa harus Intan? Intan itu indah.”
“Tunggu-tunggu tapi intan itu nggak item, tapi berkilau. Nggak kaya aku.” Intan protes
“Eh… jangan salah loh…siapa bilang Intan nggak ada yang item!” Lila pur-pura sok tahu. Dalam hatinya bertanya, Ada nggak ya intan warnanya item? Ah mudah-muidahan aja ada.
“Memang ada?” Intan balik tanya
“Hmm, ada-ada malah lebih berkilau, berkilaukan nggak harus putihkan...” Lila berusaha meyakinkan Intan dengan hal yang sebenarnya Lila belum tahu pasti, yang ada di pikirannya bagaimana caranya Intan semangat lagi.
“Kamu dikasih nama Intan karena kamu hidup dan bercahaya di hati kedua orang tuamu karena kamu anak satu-satunya. Memangnya nama Intan punya orang yang putih, cantik, dan kaya aja.”
“Ya nggak lah!” Jawab Intan
“Nama itu pantas buat kamu yang baik dan pintar walau nggak manis eit…katamu loh. Tapi berhasil menangin juara top model majalah Sweet Seventeen.”
Lila dan kawan-kawan memberikan surprise pada Intan. Horeeee… teman-teman yang sedang duduk-duduk di kantin menyalami Intan. Ternyata Lila telah menyiapkan semua kejutan itu.
“Ta…tapi, aku nggak pernah merasa mengirimkan fotoku, bukannya teman-teman sekolah menunjuk kamu La sebagai perwakilan sekolah, bukan aku!”
“Aku ikut tapi fotoku nyangkut, hehe… katanya aku kalah manis dari kamu Tan.”
Kali ini Intan cekikikan seolah mulai melupakan hal-hal yang memang tidak seharusnya Ia terlalu pikirkan. Mata Intan sangat berbinar saat itu. Dia baru menyadari teman-teman sangat perduli terhadapnya.
Dalam hatinya berujar, benar kata Ibu hitam itu spesial karena orang yang punya kulit hitam lebih apa adanya. Aku kini bangga dengan kulit hitamku, aku berbeda dengan yang lain. Aku nggak mesti pakai topeng, aku ya aku dan yang terpenting di mata keluarga dan teman-temanku aku itu spesial.
Sontak Intan berdiri dari duduknya
“Teman-teman… Aku siap pake baju putih! Pake putih? Siapa takut!” Intan mengepalkan tangan. Intan , Lila dan semua kawan-kawan tertawa lepas seolah alam dan angin menjadi perantara penyampai kebahagiaan mereka pada Dunia.

Serang-Pamulang 4 januari 2007-09-07
Revisi akhir September 07